Selasa, 02 November 2010

FILSAFAT ILMU

Terkadang ahli menulis dengan dasar-dasar ilmu, terkadang menulis obyek kajian filsafat ilmu, tetapi yang dimaksud sama, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ontologi adalah pembahasan filsafat paling tua. Idealisme, realisme, dualisme, pluralisme adalah merupakan paham ontologis. Ontologi adalah menjawab pertanyaan apa, epistemologi menjawab pertanyaan bagaimana, dan aksiologi menjawab pertanyaan untuk apa. Jujun menyebutkan bahwa ontologi membahas persoalan hakekat sesuatu. Epistemologi membahasa bagaimana mendapatkan pengetahuan dan oleh sebab itulah epistemologi disebutkan filsafat pengetahuan. Adapun aksiologi adalah filsafat nilai.

A. Ontologi
Jujun Suriasumantri merinci dalam pertanyaan apa itu ontologi. Menurutnya ontologi menjawab pertanyaan berikut ini?
1. Obyek apa yang ditelaah ilmu?
2. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek ilmu?
3. Bagaimana hubungan antara obyek ilmu dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan?
Dengan jumlah pertanyaan yang sama, M. Zainuddin juga menulis bahwa ontologi adalah menjawab tiga pertanyaan yang kelak menyebabkan aliran filsafat, yaitu what is being (apa itu yang ada?), how is being (bagaimana yang ada itu?), dan where is being? (dimana yang ada itu?). Dari tiga pertanyaan ini melahirkan aliran filsafat monisme, idealisme, dualisme, dan agnogtisme.
Adapun Amsal Bakhtiar menulis bahwa ontologi mencoba menerangkan hakekat dari segala sesuatu. Jawabannya berupa materi dan rohani. Selanjutnya Amsal Bakhtiar mengatakan hakekat itu terdiri dari segala yang ada dan mungkin ada. Hakekat ada realitas dan riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Dengan demikian ontologi itu adalah hakekat sesuatu. Hakekat sesuatu adalah kenyataan yang sebenarnya dari sesuatu baik berupa materi atau immateri. Untuk itulah Ahmad Tafsir mengatakan bahwa hakikat sains adalah menjawab pertanyaan apa sains itu sebenarnya.
Dari uraian di atas secara sederhana dapat dipahami bahwa ontologi itu mendefenisikan sesuatu, seperti apa itu sains? Apa itu manusia? Apa itu jin? Apa itu malaikat? Dan sebagainya. Untuk itulah M. Zainuddin mengatakan secara singkat ontologi itu menjawab pertanyaan apa? Dengan kata lain, ontologi itu untuk memahami konsep secara mendalam.
Apa itu manusia? Bisa jadi orang menjawab manusia adalah hewan yang berbicara. Tentu itu sudah menjawab sebagian dari hakekat manusia, tetapi bisa jadi hakekat manusia yang paling rendah atau yang terrendah. Artinya jika ada manusia yang tidak menggunakan hakekatnya bisa berbicara, maka hilanglah makna dari manusianya. Dengan demikian, ontologi itu bisa juga berarti makna yang bukan dalam pengertian aksiologi (nilai).
Jika dianalisis lebih tajam, manusia bukan sekedar hewan yang berbicara. Jika itu, maka boleh jadi orang akan mengatakan bahwa binatang dan bahkan tumbuh-tumbuhanpun juga berbicara dengan bahasa mereka masing-masing. Untuk meningkatkan itu, maka dikatakanlah manusia itu makhluk yang berpikir. Dengan akal yang dianugerahkan oleh Allah, manusia mengaktifkannya. Aktivitas akal itu disebut dengan berpikir secara sederhana. Dengan demikian, manusia yang tidak berpikir telah mengurangi hakekatnya sebagai manusia.
Kembali lagi, jika kritisi, manusia hakekatnya bukan sekedar berpikir, karena dalam pengertian terbatas kata Prof. Dr. Andi Hakim Nasution, binatang pun berpikir, walaupun untuk kelangsungan hidupnya saja (survive). Tetapi jika dikatakan bahwa manusia itu makhluk yang berpotensi berpikir ilmiah, maka berpikir ilmiah adalah salah satu hakekat dari manusia.
Jika kita identifikasi hakekat manusia yang dikemukakan di atas, manusia itu berbicara, berpikir, dan berpikir ilmiah. Dikritisi lagi lebih dalam lagi, hakekat manusia bukan itu saja, tetapi manusia adalah khalifatullah. Sebagai, khalifatullah, manusia berkewajiban misi Tuhan dalam menciptakan alam semesta ini. Jika Allah berfirman jangan membuat kerusakan di muka bumi ini setelah dijadikan baik, maka kita berkewajiban menjaga bumi dari kerusakan, jika tidak, maka hakekat kita sebagai manusia berkurang nilainya. Hakekat manusia sebagai khalifatullah tentu lebih dalam dan tinggi dari berbicara, berpikir, dan berpikir logis. Tentu banyak lagi yang bisa disebutkan tentang hakekat manusia, di antaranya manusia adalah makhluk spritual. Manusia adalah makhluk dinamis.

Tugas:
Uraikanlah ontologi pendidikan Islam

Dosen: Sehat Sultoni Dalimunthe, M.A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar