Senin, 16 Desember 2013

SURAT REKOMENDASI LIBUR KE BALI

Assalamu'alaikum.
Setiap liburan, jika tidak pulang dengan konsulat, orang tua selalu menulis surat rekomendasi agar anak bisa berlibur selain pulang ke rumah. Kendalanya sering kali lupa lebih awal mengirimnya, tiba2 mendadak diminta. Jika dikirim dengan pos, sering kali post mengecewakan, karena tidak tepat waktu. Untuk itu disini diposting Surat Rekomendasi Berlibur Ke Bali Untuk Farhan Efer Dalimunthe Kelas III B. Jadi bisa diprint yang mang.
Kalau gak bisa mencetak Surat Rekomendasinya, tanya kawan atau ust. yang ada di warnetnya ya.

Kamis, 07 November 2013

Rabu, 09 Oktober 2013

BAGAIMANA ROH YANG PALING BAHAGIA

Urusan Ruh masalah gaib, mistik, bukan masalah sains, kita susah mendapat informasi kecuali melalui berita wahyu yang bersifat revalatif, untuk itu bacalah buku ini dengn seksama

Ikhtilaf Tahlilan

Banyak orang NU marah kalau dibilang Syi'ah karena mereka penganut Sunni, tetapi kalau dibilang Tahlilan amalan Syi'ah mungkin mereka lebih marah lagi karena mereka gemar tahlilan. Lihat asal usul tahlilan di bawah ini
Ikhtilaf Tahlilan.docx

Mudah2 benar

Bagi anda yang berminat berdiskusi ilmiah dengan saudar Sehat Sultoni Dalimunthe, M.A. di Mesjid Baiturrahman, anda bisa mendownload judul-judul diskusinya disini DISKUSI ILMIAH KEISLAMAN.docx

jalanpadi24tembung
http://www.4shared.com/file/Ol2XAaxl/DISKUSI_ILMIAH_KEISLAMAN.html
[URL=http://www.4shared.com/file/Ol2XAaxl/DISKUSI_ILMIAH_KEISLAMAN.html]DISKUSI ILMIAH KEISLAMAN.docx[/URL]http://www.4shared.com/file/Ol2XAaxl/DISKUSI_ILMIAH_KEISLAMAN.html

CERAMAH ILMIAH

Bagi anda yang ingin mengetahui judul-judl diskusi ilmiah bersama Sehata Sultoni Dalimunthe, M.A. di Mesjid Baiturrahman selahkan didownload disini http://www.4shared.com/file/Ol2XAaxl/DISKUSI_ILMIAH_KEISLAMAN.html

Jumat, 27 September 2013

TBS Sedang Renovasi

هذا من فضل ربي ليبلوني أ أشكر أم أكفر


Belajar Segera Sebelum Malas Mendatangimu

Tidaklah semua dapat menikmati asiknya berpikir, adakalanya orang justru sangat kesal jika disuruh berpikir. Tidak jarang orang akan pusing jika disuruh berpikir. Berbeda, jika kita diminta menikmati keindahan inderawi, ia diyakini sangat menyenangkan. Renungilah telinga mampu berjam-jam mendengarkan lagu kesayangan kita. Pikirkanlah bagaimana mata tahan berjam-jam menonton sinetron favorit kita. Bayangkanlah bersedianya hidung mencium harumnya parfum istrimu. Masih ingatkah, lidah kita dengan nikmat mencicipi enaknya durian Medan dan ingatlah kenangan kulit merasakan sejuknya dinginnya AC di siang hari. Bagaimana dengan berpikir, apa bisa membedakan nikmatnya ketika memikirkan uang sekolah anak yang tak kunjung dapat, bagaimana nikmatnya memikirkan Dosen yang mau menang sendiri dalam membimbing skripsimu, bagaimana kawanmu menuntut kesetiaan diwaktu setia itu tidak boleh. Ah. pusing....deh.....
ini artikel tentang demokrasi pendidikan tahun 2005 dari seorang ahli pendidikan yang sekarang menjadi Profesor dalam bidang pendidikan Islam


Bagi anda yang ingin memahaminya silahkan baca

apa ini yang benar

Penasaran

http://www.scribd.com/doc/171438091/Pendidikan-Karakter-Untuk-Memperkecil-Virus-Kkn

Coba lagi

Memang Belajar dari Google terkadang sangat menyenangkan. ia tidak pelit, apalagi kita bisa merayunya.
1.             http://www.scribd.com/

Pendidikan Karakter Memperkecil Virus KKN

Banyak sekali orang berharap korupsi bisa diberantas bagaikan memberantas tikus. Memberantas tikus saja yang tidak kreatif tidak bisa dilakukan, apalagi memberantas koruptor yang pintar dan kreatif, tentu itu tidak mudah. Mungkin saja usaha memperkecilnya dapat dilakukan. Silahkan baca artikel ini untuk dapat siraman akal.

Peran Ulama dan Cendekiawan dalam Memperkecil Virus KKN

DISKUSI ILMIAH KEISLAMAN DI MESJID BAITURRAHMAN §
Judul diskusi ini sengaja dipilih oleh penyaji berdasarkan hipotesa keperluan signifikan di masyarakat untuk melihat tingkat wawasan secara umum. Diskusi ini diharapkan sebagai wawasan baru atau untuk memperkuat pengetahuan lama atau untuk memperkaya pemahaman atau pun untuk meluruskan cara pandang yang salah. Penyajian diskusi ilmiah keislaman ini idealnya adalah datang dari kebutuhan masyarakat, maka jika ada hal-hal yang dipandang perlu oleh peserta diskusi dan tidak disajikan, bisa dipertanyakan langsung dan bisa juga menabung pertanyaan, sehingga jawabannya dapat dipersiapkan lebih matang oleh penyaji.
1.       Pendidikan Pra Nikah Membangun Peradaban Dunia: memilih jodoh dan kewajiban suami-istri.
2.       Tunangan, Akad Nikah, dan Walimah ‘Ursy: Perspektif Filsafat, Hukum, dan Psikologi.
3.       Pendidikan Pra Natal Membangun Generasi Cerdas: Bagaimana perkembangan bayi dalam kandungan dan apa idealnya yang dilakukan suami-istri terhadap kehamilan.
4.       Tradisi Tujuh Bulan Kandung: Asal-Usul dan Tinjauan Psikologis
5.       Akikah: Kenapa dan Bagaimana.
6.       Rahasia Menyusui Anak Dua Tahun: Materi Keserdasan Anak dan Kesehatan.
7.       Khitan: Kewajiban dan Tradisi
8.       Faktor Perkembangan Anak: Nativisme, Empirisisme, dan Konvergensi
9.       Pendidikan Menghapal al-Qur’an: Membangun Lingkungan Qur’ani
10.   Orientasi Hidup: Memaknai Hidup dan Mengidupkan Makna
11.   Pendidikan Karakter: Manusia Tanpa Akhlak Bernilai Rendah
12.   Siapa Itu Ulama: Integrasi Ilmu
13.   Sekolah Untuk Berilmu dan Bekerja: Spesialisasi Ilmu dan Kewajiban Bekerja
14.   Rezeki dan Harta: Tafsir dan Manfaat.
15.   Nilai Harta: WZIS
16.   al-Qur’an Menggambarkan Siapa Itu Manusia: Perspektif Psikologi
17.   al-Qur’an Menggambarkan Kehidupan Dunia: Tidak menarik, tapi sarana berbuat baik.





§ Diskusi ilmiah keislaman maksudnya membahas bidang keilmuan yang bisa dirujuk prinsip-prinsipnya dari sumber utama al-Qur’an dan Hadits dengan tetap memperkaya dengan disiplin keilmuan berdasarkan tema tertentu. Kemudian menjadikan wahyu sebagai sumber inspirasi ilmiah.

Peran Ulama dan Cendekiawan dalam Memperkecil Virus KKN

DISKUSI ILMIAH KEISLAMAN DI MESJID BAITURRAHMAN §
Judul diskusi ini sengaja dipilih oleh penyaji berdasarkan hipotesa keperluan signifikan di masyarakat untuk melihat tingkat wawasan secara umum. Diskusi ini diharapkan sebagai wawasan baru atau untuk memperkuat pengetahuan lama atau untuk memperkaya pemahaman atau pun untuk meluruskan cara pandang yang salah. Penyajian diskusi ilmiah keislaman ini idealnya adalah datang dari kebutuhan masyarakat, maka jika ada hal-hal yang dipandang perlu oleh peserta diskusi dan tidak disajikan, bisa dipertanyakan langsung dan bisa juga menabung pertanyaan, sehingga jawabannya dapat dipersiapkan lebih matang oleh penyaji.
1.       Pendidikan Pra Nikah Membangun Peradaban Dunia: memilih jodoh dan kewajiban suami-istri.
2.       Tunangan, Akad Nikah, dan Walimah ‘Ursy: Perspektif Filsafat, Hukum, dan Psikologi.
3.       Pendidikan Pra Natal Membangun Generasi Cerdas: Bagaimana perkembangan bayi dalam kandungan dan apa idealnya yang dilakukan suami-istri terhadap kehamilan.
4.       Tradisi Tujuh Bulan Kandung: Asal-Usul dan Tinjauan Psikologis
5.       Akikah: Kenapa dan Bagaimana.
6.       Rahasia Menyusui Anak Dua Tahun: Materi Keserdasan Anak dan Kesehatan.
7.       Khitan: Kewajiban dan Tradisi
8.       Faktor Perkembangan Anak: Nativisme, Empirisisme, dan Konvergensi
9.       Pendidikan Menghapal al-Qur’an: Membangun Lingkungan Qur’ani
10.   Orientasi Hidup: Memaknai Hidup dan Mengidupkan Makna
11.   Pendidikan Karakter: Manusia Tanpa Akhlak Bernilai Rendah
12.   Siapa Itu Ulama: Integrasi Ilmu
13.   Sekolah Untuk Berilmu dan Bekerja: Spesialisasi Ilmu dan Kewajiban Bekerja
14.   Rezeki dan Harta: Tafsir dan Manfaat.
15.   Nilai Harta: WZIS
16.   al-Qur’an Menggambarkan Siapa Itu Manusia: Perspektif Psikologi
17.   al-Qur’an Menggambarkan Kehidupan Dunia: Tidak menarik, tapi sarana berbuat baik.





§ Diskusi ilmiah keislaman maksudnya membahas bidang keilmuan yang bisa dirujuk prinsip-prinsipnya dari sumber utama al-Qur’an dan Hadits dengan tetap memperkaya dengan disiplin keilmuan berdasarkan tema tertentu. Kemudian menjadikan wahyu sebagai sumber inspirasi ilmiah.

Anda ingin mengetahui tugas utama ulama dan apa perannya dengan cendekiawan dalam memperkecil korupsi, maka bisa didownload disini.

Sabtu, 21 September 2013

Hubungan Faktor Genetika dan Mengkonsumsi Dengan Kecerdasan Intelektual Siswa

HUBUNGAN FAKTOR GENETIKA, MENGKONSUMSI ASI, DAN JARAK KELAHIRAN DENGAN KECERDASAN INTELEKTUAL ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Ada tiga teori faktor perkembangan manusia, yaitu nativisme, empirisisme, dan konvergensi. Ketiga teori itu memberi alasan bagaimana manusia bisa berhasil, termasuk dalam bidang pendidikan. Untuk itulah dalam konteks pendidikan tiga nomenklatur tersebut termasuk dalam entri pembahasan psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan, satu di antara tiga grand teori ilmu sosial yang menjadi landasan teori pendidikan sebagai ilmu sosial terapan (applied science).[1]
Menurut teori nativisme, faktor perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor keturuanan. Sementara empirisisme berpendapat bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh lingkungan yang salah satu maksudnya pendidikan. Adapun aliran konvengensi berpendapat faktor nativisme dan empirisisme sama-sama mempengaruhi perkembangan manusia.
Aliran nativisme terkasan pesimistis karena perkembangan manusia sangat tergantung dengan faktor keturuanan.[2] Aliran yang diprakarsai oleh Schopenhauer, filosof Jerman ini termasuk mengikuti pemikiran Plato, Descartes, Lombroso dalam pengertian terbatas.[3] Kata Sumadi Suryabrata dalam pembahasan nativisme (al-wiratsiyah),[4] “pokoknya keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki orang tua juga dimiliki oleh anaknya.[5]
Faktor keturunan ada yang bersifat jasmani dan ada yang bersifat rohani..[6] Faktor keturunan yang bersifat jasmaniah itu digolongkan pada disiplin ilmu genetika (muarritsiun),[7] sementara faktor keturunan yang bersifat rohaniah itu digolongkan pada disiplin ilmu hereditas (al-wiratsah).[8]
Bakat aqliyah dan nafsiyah itu berhenti diwariskan sampai dua tahun menurut Muhammad Abduh. Setelah itu, seorang manusia berada pada fase empirisisme, dimana faktor aqliyah dan nafsiyah sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.[9] Hal ini juga senada dengan pendapat Andi Hakim Nasution, bahwa setelah dua tahun, faktor empirisismelah yang mempengaruhi perkembangan manusia.[10]
Selain factor genetika dan mengkonsumsi ASI, kecerdasan anak ada hubungannya dengan jarak kelahiran. Jarak kelahiran antara satu anak dengan Saudara laki-laki maupun perempuan baik ke atas ataupun ke bawah. Di dalam al-Qur’an jarak kelahiran minimal 30 bulan (Q.S. al-Ahqab: 15). Namun perlu diperhatikan bahwa itu ukuran minimal, dimana umur kandungan manusia bisa hidup dengan umur kandungan 6 bulan dan 2 tahun menyusui. Kelahiran 6 bulan kandungan masih termasuk katagori kelahiran perematur. Jarak kelahiran idealnya minimal 2,9 (33 bulan), 9 bulan masa kandungan dan 2 tahun masa menyusui.
Masyarakat tradisional seringkali tidak memiliki wawasan tentang jarak kelahiran ini, sehingga dalam suatu keluarga bisa jadi jarak kelahiran antara satu anak dengan anak lainnya hanya satu tahun atau dua tahun. Jika itu terjadi, maka tentu perkembangan janin dan anak akan terganggu. Janin terganggu dan anak ASI juga terganggu. Hal ini mempengaruhi kecerdasan anak.
Dalam penemuan George Stuil bahwa umur kandungan yang normal sembilan bulan. Jika dalam keadaan normal, maka anak yang lahir sembilan bulan memiliki tingkat intelegensi yang standard, tidak termasuk cerdas. Anak-anak yang cerdas umumnya ditemukan dari ibu yang mengandungnya 11 bulan dan 13 bulan dalam keadaan normal.[11]
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis terhadap beberapa siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah mereka yang berasal dari salah satu orang tua yang berprestasi dalam studi pada umumnya cenderung berprestasi baik di sekolah.  Memang ada juga sebagian kecil yang orang tuanya tidak berprestasi baik semasa studi menurut pengakuan mereka, tetapi prestasi anak mereka tergolong baik. Siswa SMP sederajat di dua desa itu pada umumnya mengkonsumsi ASI semasa balita. Terhadap jarak kelahiran, umumnya dua tahun ke atas. Sebagian kecil di atas 3 tahun. Mereka yang tidak berasal dari orang tua yang berprestasi baik semasa sekolah, tetapi jarak kelahirannya di bawah dua tahun lebih rendah prestasinya dibandingkan mereka yang jarak kelahirannya 3 tahun ke atas.
Dari latar belakang di atas, penulis memandang perlu meneliti hubungan factor genetika, mengkonsumsi ASI, dan jarak kelahiran dengan kecerdasan anak. Untuk itu, penelitian ini dirumuskan dalam judul penelitian Hubungan Faktor Genetika, Mengkonsumsi ASI, dan Jarak Kelahiran Dengan Kecerdsan Anak.

B. Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.      Apa saja yang mempengaruhi kecerdaan anak?
2.      Adakah hubungan factor genetika dengan kecerdaan anak?
3.      Adakah perbedaan pengaruh intelektual mengkonsumi ASI dengan ibu kandung dan bukan ibu kandung?
4.      Sampai batas mana factor genetika dapat berpengaruh?
5.      Bagaimana factor genetika yang baik dapat dirusak oleh perkawinan saudara dekat terhadap kecerdasan anak?
6.      Adakah metode menyusui anak dapat mempengaruhi kualitas ASI?
7.      Adakah perbedaan kualitas ASI berdasarkan factor geografis tempat tinggal ibu menyusui?
8.       Adakah perbedaan kualitas ASI berdasarkan factor ras?
9.      Adakah perbedaan kualitas ASI berdasarkan factor suku?
10.  Adakah perbedaan kualitas ASI berdasarkan factor agama?
11.  Adakah perbedaan kualitas ASI berdasarkan factor bangsa?
12.  Bagaimana pengaruh ibu peminum minuman keras terhadap kualitas ASInya?
13.  Bagaimana pengaruh ibu perokok terhadap kualitas ASInya?
14.  Adakah hubungan jarak kelahiran dengan kecerdasan anak?
15.  Bagaimana perbedaan kualitas intelektual anak yang jarak kelahirannya kurang dari dua tahun dan di atas dua tahun dibawah dupuluh Sembilan bulan?
16.  Bagaimana perbedaan kualitas intelektual anak yang jarak kelahirannya 30 bulan dan 33 bulan?
17.  Bagaimana perbedaan kualitas intelektual anak yang jarak kelahirannya 33 bulan dan lebih dari 48 bulan?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang ditimbulkan dari judul penelitian ini, maka perlu kiranya membatasi masalah untuk kemudahan penelitian. Penelitian ini dibatasi pada masalah korelasi factor genetika, mengkonsumsi ASI, dan jarak kelahiran dengan kecerdasan anak secara intelektual siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kota Lhokseumawe.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah berikut:
1.      Adakah hubungan factor genetika dengan kecerdasan intelektual siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kota Lhokseumawe.?
2.      Adakah hubungan factor mengkonsumi ASI dengan kecerdasan intelektual siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kota Lhokseumawe.?
3.      Adakah hubungan factor jarak kelahiran dengan kecerdasan intelektual siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kota Lhokseumawe.?

E. Tujuan
Karena tujuan penelitian berhubungan dengan rumusan masalah penelitian,[12] maka tujuan penelitian ini secara spesifik dirumuskan sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui hubungan factor genetika dengan kecerdasan intelektual siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kota Lhokseumawe.
2.    Untuk mengetahui hubungan factor mengkonsumsi ASI dengan kecerdasan intelektual siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kota Lhokseumawe.
3.    Untuk mengetahui hubungan factor jarak kelahirana dengan kecerdasan intelektual siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kota Lhokseumawe.

F. Manfaat Penelitian
Selain memiliki tujuan, penelitian ini juga memiliki manfaat. Penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah di bidang psikologi pendidikan. Karena penelitian yang baik menurut Sumadi Suryabrata adalah bisa merangsang orang lain untuk melanjutkan penelitian (signifikansi ilmiah). Untuk itu, penelitian ini diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi para peneliti lainnya, khususnya di kalangan akademisi. Hasil penelitian ini dapat digeneralisasi secara komprehensif, sehingga pada gilirannya dapat merumuskan pendidikan keluarga berencana.
















BAB    II
KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.    Deskripsi Teoritis
1.      Genetika
Pada mulanya, ilmu pengatahuan modern tidak mengetahui bagaimana proses terjadinya makhluk mulia yang baru. Yang mereka ketahui, ketika suami-istri behubungan, maka akan dapat menghasilkan anak. Baru abad ke-17, diakui keikutsertaan wanita dalam pembuahan. Saat itu de Graaf, seorang dokter dari Belanda mengatakan bahwa wanita menghasilkan sel telur.[13]
Gen (dari bahasa Belanda: gen) adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya adalah urutan DNA yang menyandi suatu protein, polipeptida, atau seuntai RNA yang memiliki fungsi bagi organisme yang memilikinya. Batasan modern gen adalah suatu lokasi tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali), sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional lainnya. Penggunaan "gen" dalam percakapan sehari-hari (misalnya "gen cerdas" atau "gen warna rambut") sering kali dimaksudkan untuk alel: pilihan variasi yang tersedia oleh suatu gen. Meskipun ekspresi alel dapat serupa, orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotipik berbeda. Gen diwariskan oleh satu individu kepada keturunannya melalui suatu proses reproduksi, bersama-sama dengan DNA yang membawanya. Dengan demikian, informasi yang menjaga keutuhan bentuk dan fungsi kehidupan suatu organisme dapat terjaga.[14]
Gregor Mendel telah berspekulasi tentang adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter di dalam tubuh suatu individu yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ia menyebutnya 'faktor'. Oleh Hugo de Vries, konsep yang serupa ia namakan pangen (baca: "pan-gen") pada buku karangannya Intracellular Pangenesis (terbit 1889). Belum membaca tulisan Mendel, de Vries mendefinisikan pangen sebagai "partikel terkecil yang mewakili satu penciri terwariskan". Wilhelm Johannsen lalu menyingkatnya sebagai gen dua puluh tahun kemudian. Pada 1910, Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen terletak di kromosom. Selanjutnya, terjadi 'perlombaan' seru untuk menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak penghargaan Nobel yang kemudian jatuh pada peneliti yang terlibat dalam subjek ini.[15]
Pada saat itu DNA sudah ditemukan dan diketahui hanya berada pada kromosom (1869), tetapi orang belum menyadari bahwa DNA terkait dengan gen. Melalui penelitian Oswald Avery terhadap bakteri Pneumococcus (1943), serta Alfred Hershey dan Martha Chase (publikasi 1953) dengan virus bakteriofag T2, barulah orang mengetahui bahwa DNA adalah bahan genetik.
Pada tahun 1940an, George Beadle dan Edward Tatum mengadakan percobaan dengan Neurospora crassa. Dari percobaan tersebut, Beadle dan Tatum dapat menarik hipotesis bahwa gen mengkode enzim, dan mereka menyimpulkan bahwa satu gen menyintesis satu enzim (one gene-one enzyme theory). Beberapa puluh tahun kemudian, ditemukan bahwa gen mengkode protein yang tidak hanya berfungsi sebagai enzim saja, dan beberapa protein tersusun dari dua atau lebih polipeptida. Dengan adanya penemuan-penemuan tersebut, pendapat Beadle dan Tatum, one gene-one enzyme theory, telah dimodifikasi menjadi teori satu gen-satu polipeptida (one gene-one polypetide theory).[16]
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya Percobaan mengenai Persilangan Tanaman. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
Pertama, hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan kedua hukum berpasangan secara bebas (independent assortment), juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum segregasi (hukum pertama Mendel)
Perbandingan antara B (warna coklat), b (warna putih), S (buntut pendek), dan s (buntut panjang) pada generasi F2. Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.
2.      ASI dan Kecerdasan Intelektual
Sel-sel otak (neoro) yang banyaknya 14 milyar sel, tidak bisa tumbuh dan berkembang secara alami saja. Ia membutuhkan nutrisi. Dan nutrisi yang paling bagus dan paling cocok tiada lain adalah yang terdapat dalam ASI. Karena ASI sangat sempurna sebagai nutrisi bagi bayi. Bahkan, “Itulah pemberian Tuhan yang sangat berharga”, kata Jacob R. Painuran (spesialis anak). ASI mengandung AA (Asam Arakhidonat) termasuk kelompok omega 6 (enam) yang terbentuk dari Asam Likonat (AL) dan DHA (Asam Dekosa Heksanoat) kelompok omega 3 (tiga) yang terbentuk dari Asam Linolenat (ALA) dan nutrisi lain seperti protein, laktose, dan lemak lainnya yang merupakan zat yang dapat merangsang pertumbuhan otak bayi/anak. Untuk menunjang pertumbuhan otak bayi/anak, makanan yang mengandung AA & DHA sebagaimana terdapat dalam ASI sangat diperlukan bagi bayi/anak. Sebab itu kekurangan nutrisi tersebut dapat menimbulkan hal-hal yang kurang baik bagi anak dikemudian hari. Dalam perkembangannya otak bayi/anak lebih mengutamakan zat AA dan DHA dalam bentuk jadi seperti yang terdapat dalam ASI daripada yang disentesa dari prekusornya. Makanan yang paling bagus dan dapat menunjang pertumbuhan otak bayi/anak tidak ada selain daripada ASI (yang sehat tentunya) eksklusif. ASI mengandung zat-zat yang sangat dibutuhkan bayi/anak. Sebab itu jika ibu menginginkan anaknya cerdas, ASI harus diberikan kepada bayi/anak. Kalau ASI dan Kecerdasan Otak 4 bayi/anak tidak diberi ASI, jangan diharap pertumbuhan sel otak bayi/anak akan bagus. Pertumbuhan sel otak bayi/anak usia 0-2 tahun sangat pesat. Periode tersebut para ahli menyebutnya sebagai ‘golden period / periode emas’, periode yang paling baik dan paling penting diperhatikan oleh orangtua yang hanya sekali dijumpai seumur hidup manusia. Apabila nutrisi bayi/anak pada usia tersebut cukup dan sehat, terutama melalui ASI, maka tingkat lecerdasan bayi/anak akan lebih baik. Makanya ibu-ibu yang menyusui, agar ASI-nya bagus juga perlu memakan makanan yang bergizi, terhindar dari penyakit lain. Karena itulah, bayi/anak diberi ASI eksklusif. Yang dimaksud ASI ekslusif yaitu memberikan ASI pada bayi mulai dari setengah atau satu jam setelah dia dilahirkan. Bahkan agar lebih sempurna diberikan sampai bayi berusia dua tahun sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Surah al-Baqarah (2: 233).[17]
1.      Akibat Kekurangan Nutrisi
Otak manusia yang jumlah selnya sebanyak 14 milyar tadi menghubungkan dan mengatur serta mengendalikan semua organ tubuh, mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Kalau itu ibarat jaringan telepon Telekomsel, betapa maha rumitnya opersionalisasinya. Dan ternyata itu dimiliki oleh salah satu organ tubuh kita yang umumnya kurang kita sadari yaitu ‘otak’. Bahkan banyak diantara saudara-saudara kita yang tidak maupun yang kurang menghargainya dengan cara memakan atau menghisap sabu-sabu, ganja, narkoba, putau, dan lain-lain yang bisa merusak sistem jaringan syaraf otak. Akibatnya orangnya teler, tak tahu malu dan tidak penakut, dan asosial. Pembelahan sel-sel otak membutuhkan zat-zat gizi. ASI berperan penting untuk pembelahan itu. Kalau dalam pembentukan sel-sel otak yang jumlahnya milyaran tadi, nutrisi Al Quran & Iptek: Apakah Tidak Kamu Pikirkan? 5 yang dibutuhkan tak cukup, pertumbuhan otak bayi/anak akan terganggu. Paling umum, akibat lambatnya pertumbuhan sel otak bayi/anak, kecerdasan bayi/anak akan berkurang. Jika anak/bayi seusianya sudah bisa berbicara, berjalan misalnya, anak yang tidak diberi ASI atau kurang ASI belum bisa apaapa, karena fungsi tubuh diatur di otak.[18]
Apakah ada makanan pengganti ASI? Penggantinya ada berupa susu sapi, makanan tambahan. Tetapi tidak ada yang sebaik ASI. Sebab itu dulu jika seorang ibu punya bayi, tetapi tidak bisa menyusui bayinya karena sakit atau meninggal atau tidak mempunyai ASI, maka sang bayi dicarikan ‘ibu susuan (surrogete mother)yang sekarang jarang dipraktekkan orang.[19]
Jika ASI ada, tetapi masih kurang, atau ASI ibunya tidak ada, maka perlu susu tiruan dan makanan tambahan yang mengandung zat-zat seperti ASI. Yang pasti ASI mengandung AA & DHA seperti yang sering diiklankan di TV. Bagi bayi yang diberi ASI, bayi tersebut akan memiliki psikomotorik yang lebih baik daripada bayi yang diberi susu formula. Kecuali susu formula tersebut dibubuhi pula dengan zat AA dan DHA yang dapat menunjang perkembangan kognitif dan psikomotorik dan fungsi penglihatannya.[20]
Ingin memiliki anak Anda yang cerdas? Berikanlah Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir kepada bayi Anda karena dalam ASI terkandung sejenis nutrisi penting yang berfungsi untuk belajar dan mengingat lebih baik yang disebut Gangliosida.[21]
Gangliosida merupakan salah satu komponen dari membran sel manusia, terutama membran sel saraf dan otak. Untuk mendapat asupan nutrisi gangliosida optimal, bayi memang sebaiknya mendapat gangliosida dari ASI. Dalam ASI, ada dua jenis gangliosida yaitu, GD3 (disialogangliosides 3) dan GM3 (monosialogangliosides 3).
Gangliosida banyak terdapat pada air susu ibu pada enam minggu pertama masa menyusui. Pada awal menyusui, ASI yang memancar didominasi GD3. Begitu proses menyusui hampir usai, GM3 mendominasi. "Kadar GD3 pada ASI adalah 2-8 mcg/ml. Sedangkan GM3 mencapai 2-14 mcg/ml.[22]
Karena itu, ibu yang baru melahirkan dianjurkan memberikan ASI kepada bayinya," ungkap Ines Gulardi MSC dari PT Fonterra Brands Indonesia pada acara media edukasi bertema Peranan Nutrisi Gangliosida (GA) guna mengoptimalkan hubungan antar-sel otak pada bayi dan Balita di Denpasar, Senin. Didampingi dr I Gusti Ayu Trisna Windiani SPA dari bagian Tumbuh Kembang Anak RSUP Sanglah Denpasar, ia mengatakan, ASI membantu pembentukan hubungan antar-sel otak, membantu kemampuan belajar dan menyimpan memori.[23]
Ia menambahkan, selain GA, tumbuh kembangnya bayi juga dipengaruhi oleh stimulan yang diterima. Oleh sebab itu, orangtua diharapkan dapat menstimulasi anak dengan kasih sayang, berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Gangliosida yang terdapat dalam ASI itu juga terkandung dalam susu sapi dan sumber makanan lainnya yang bisa dikonsumsi manusia secara aman.
Namun begitu, ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Selain alami, kualitas dan kandungan nutrisinya tidak tertandingi oleh susu formula terutama bagi pertumbuhan bayi secara maksimal. Untuk itu, jika seorang ibu tidak dapat menyusui bayinya disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan, ujar Ines Gulardi.
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan  daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". Al-A’raf (7: 189) 

Anak yang sempurna itu tentu bukan saja persoalan fisik, tetapi termasuk juga persoalan psikologis. Aspek psikologis yang sangat diharapkan sempurna itu adalah otak. Maka salah satu cara menyempurnakan potensi otak adalah pemberian ASI.
ASI (Air Susu Ibu). Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia adalah dengan digalakkannya pemakaian ASI oleh para ibu untuk bayinya. Secara khusus dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan menurunkan tingkat kematian ibu serta program keluarga berencana. Bayi yang mendapat asupan ASI secara umum akan lebih sehat jika dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan asupan susu buatan. Sebaik-baik susu buatan, tidaklah sebaik ASI. Adanya program ini maka kita teringat kepada kalam Ilahi dalam surah Al Baqarah [(2:233).[24]
Apa yang menarik dari informasi ini? Nabi yang juga adalah Rasulullah Saw bukanlah seorang dokter spesialis anak atau ahli kandungan (genekolog). Beliau tidak bisa tulis baca. Tetapi bercerita tentang menyusui bayi. Ayat ini telah dikumandangkan sejak 15 abad yang silam. Kalau seandainya apa yang tertuang dalam ayat di atas tidak berasal dari Allah swt, apakah Muhammad saw akan mengetahui atau mengerti masalah bayi? Afala ta’qiluun “Apakah kamu tidak berfikir?” Tentu tak mungkin. Informasi atau perintah tersebut pasti datang dari Allah swt. Mengapa Allah swt memfirmankan agar para ibu menyusui bayi mereka sampai dua tahun adalah untuk menyempurnakan perkembangan otak bayi bagi yang ingin menyempurnakan pemberian ASI-nya.[25]
Dua tahun cukup untuk menjarangkan anak yang bisa mendukung program KB. Pemberian ASI kepada bayi menurut pendapat kita mungkin masalah kecil. Kan cukup diserahkan saja pengaturannya kepada manusia itu sendiri. Tidak perlu campur tangan Allah swt. Tetapi Allah swt mengingatkan kepada manusia bahwa pemberian ASI kepada bayi bukanlah masalah kecil. Ia adalah masalah besar (penting). Karena ASI merupakan sumber kecerdasan otak anak atau otak manusia. Kalau seandainya pemberian ASI ini tidak penting bagi manusia, tentu Allah swt tidak akan memfirmankannya di dalam Al Qur’an. Ternyata apa yang difirmankan itu sesuai dengan ilmu pengetahuan bidang kesehatan, dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM) atau kualitas manusia. Pada ASI terletak kecerdasan otak bayi setelah dewasa. Bayi/anak pada usia dua tahun tersebut perkembangan otaknya telah hampir sempurna.[26]
Sesudah dua tahun, maka pertumbuhan otak manusia sudah mencaai 95%. Hanya 5% lagi sisa pertumbuhan otak manusia di atas dua tahun. Jika demikian, maka beruntunglah ibu-ibu yang telah memberi ASI pada anaknya dan tentu harus menyesal ibu yang ASInya keluar, tetapi tidak dipersembahkan dengan ikhlas kepada anaknya.
3.      Jarak Kelahiran
Ada ungkapan orang-orang terdahulu bahwa “banyak anak, banyak rezeki”. Jika diyakini oleh masyarakat tentang ungkapan itu, maka dapat dipahami kenapa orang-orang dulu memiliki anak banyak-banyak. Fenomena banyak anak ini tidak jarang menambah angka kemiskinan negara, sekaligus dapat memperburuk kualitas pendidikan generasi bangsa.
Melihat kenyataan itu, negara membuat program Keluarga Berencana (KB) dengan konsep “dua anak cukup baik laki-laki maupun perempuan”. Program itu diyakini pemerintah dapat menghambat tingkat kelahiran, sehingga memperkecil tingkat perkembangan jumlah penduduk.
Program Keluarga Berencana bagi sebagian agamawan Muslim justru melanggar hak asasi manusia untuk berkembang biak. Kaum agamawan yang banyak terjun langsung ke masyarakat itu sangat mempengaruhi pemikiran masyarakat, sehingga tidak heran, jika program Keluarga Berencana dianggap kurang berhasil.
B.     Hasil Penelitian Yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan obyek penelitian ini, di antaranya, Abdul Rahman al-Nahlawi dalam penelitian Disertasinya di Universitas al-Azhar Mesir tahun 1981 yang berjudul al-Wiratsiyah fi Numu’i al-Aulad. Selain itu, Disertasi  Abu Hayyan al-Biqa’i di Universitas Ummul Qura Mekah tahun 1988 yang berjudul al-Taqarubi fi al-Tarbiyah al-Islamiyah. Disertasi Syamsuddin al-Bagdadi di Universitas al-Madinah al-Munawarah Madinah tahun 1992 yang berjudul al-Tarbiyah al-Auladi fi al-Arham. Disertasi Basri al-Qahthani di Universitas Ibn Su’ud di Riyadh tahun 1995 yang berjudul al-Tarbiyah al-Mu’asirah fi Tarbiyah al-Aulad. Penelitian Disertasi Akmansyah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008 yang berjudul Konsep Pembelajaran Anak dalam Kandungan. Disertasi Muhajirin di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009 yang berjudul. Pengaruh Air Susu Ibu Terhadap Kecerdasan Intelektual Anak.
Di antara hasil penelitian para sarjana muslim di atas dapat diuraikan secara singkat berikut ini:
1.      Abdul Rahman al-Nahlawi menemukan masa kandungan adalah masa yang sangat potensial untuk memperhatikan masa depan generasi khair al-ummah karena sikap intelektual, religiusitas, emosional lingkungan sekitar dan lebih khusus ibu yang mengandung dapat mempengaruhi segenap potensi kecerdasan anak. Pada saat masa kandungan, khususnya setelah berumur 120 hari, hendaknya seorang ibu menjadi orang yang ideal karena ia sedang menjadi guru bagi janin dan bayi dalam kandungannya.[27]
2.      Abu Hayyan al-Biqa’i menyimpulkan bahwa sekalipun pendidikan itu perlu, tetapi ia tidak bermakna apa-apa jika seorang anak tidak memiliki potensi alamiah yang diwariskan semasa dalam kandungan dan masa menyusui. Potensi-potensi bawaan manusia itu akan menjadi aktus, jika ia menemukan maidan dan waktunya yang cocok.[28]
3.       Abu Hayyan al-Biqa’i menyimpulkan bahwa pendidikan dalam kandungan hendaknya menjadi prioritas dari orang tua, karena kasih sayang itu akan diukur dari sejauhmana kita mempersiapkan pendidikan anak. Minimnya keyakinan orang terhadap pendidikan anak dalam kandungan karena faktor transendensitas akal untuk menjangkau hal-hal yang abstrak.[29]
4.       Abu Hayyan al-Biqa’i menyimpulkan bahwa mendidikan anak dalam kandungan hendaknya distimulus dengan musik-musik klasik dan bukan musik-musik yang “menghibur telinga”. Memperdengarkan musik-musik yang keras tidak bisa merekam kebaikan-kebaikan bagi bayi dalam kandungan.[30]
5.      Akmansyah menyimpulakan bahwa mengajari anak dalam kandungan harus memperhatikan konsep umur manusia. Hal itu bisa dipahami secara analogis membedakan materi, kurikulum, dan metoda dalam mengajar murid SD, siswa SMP dan SMA, juga mahasiswa. Untuk itu mengajar anak dalam kandungan hendaknya dengan cara pelan-pelan dalam penyampaian, penuh kasih sayang dan cinta. Selain itu, kurikulum dasarnya hendaknya persoalan tauhid, syariat, dan akhlak. Pada masa kandungan, secara khsusus ibu yang mengandung senantiasa dalam keadaan terjaga dan tidak sedang menjadi guru bagi bayinya. Untuk itu, hendaknya sang ibu jika terpakasa hendaknya bisa “berakting” menjadi orang yang ideal dalam segala hal selama lima bulan.[31]
6.      Muhajirin menyimpulkan bahwa air susu ibu masih belum tertandingi nutrisi bagi bayi sejak umur 0-2 tahun. Setelah umur anak dua tahun, air susu ibu tidak lagi bernutrisi tinggi baginya, tetapi ASI itu sendiri tetap bernutrisi tinggi, sehinggi jika seorang ibu yang telah menyusui anaknya dua tahun dan kemudian menyusui anak orang lain karena faktor air susu ibu kandungnya tidak produktif, maka air susu ibu susuan itu tetap bernutrisi tinggi. Selain itu, potensi kecerdasan otak bayi yang mengkonsumsi ASI jauh lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak mengkonsumsi ASI. Perbandingan itu dialakukan dari sumber yang sama. Artinya, jika ada dua anak si A, yang satu diberikan ASI yang lainnya tidak, maka yang diberikan ASI menurut penelitian empiris, anak yang diberikan ASI lebih cerdas, jika potensi itu bisa berubah menjadi aktus. Cara membandingkan yang keliru, membandingnya anak si A yang diberikan ASI dan anak si B yang tidak diberikan ASI. Hal itu tidak tepat secara metodologis karena sumbernya tidak sama.[32]
Menurut Arfian, dokter spesialis anak yang dikutip oleh Martoyo mengatakan bahwa untuk tujuan kesehatan janin dan bayi dalam kandungan diperlukan pemeriksaan Antenatal yang baik dan teratur, Pengaturan pola makan dan Nutrisi yang baik, termasuk suplemen., Persiapan ‘ Psikososial’ dan Lingkungan yang baik, serta Olah Raga/ Latihan yang teratur.
Pemeriksaan Antenatal ini idealnya dilakukan pada usia kehamilan : 0 – 28 minggu, Tiap 4 Minggu. 28 – 36 minggu, Tiap 2 minggu, dan 36 – 40 minggu, Tiap 1 Minggu.[33]
Selama dalam kandungan, tidak ada istilah “bawaan bayi”, itu mitos saja. Yang benar, si ibu yang mengandung justru yang mempengaruhi anak. Dengan demikian, “ingidam” itu mitos. Jadi sebenarnya semenjak dalam kandungan, janin dapat terpengaruh oleh emosional dan lingkungannya, termasuk pendidikan dari lingkungan orang tuanya, khususnya ibunya.[34]
Sementara dengan selalu menyayangi janin mulai masa konsepsi sebenarnya mempengaruhi tumbuh kembang janin itu sendiri. Misalnya seorang ibu yang sering stress, marah, cemberut, cemburu, bertengkar, bersuara gaduh, dan sebagainya akan menyebabkan perubahan hormonal pada dirinya yang akan mempengaruhi janin dan bayi dalam kandungan. Seorang wanita hamil seharusnya tenang dan selalu “ berpikir damai “, Mendengarkan alunan nada-nada religius, musik yang indah ( Efek Mozart ), Menghindari stres. Bersama-sama suami membelai-belai perut, kalau perlu membuat percakapan-percakapan yang menunjukkan kasih sayang kepada calon bayi, Coba untuk selalu memaafkan, dan lepaskan rasa amarah dan ketidaknyamanan.[35]
Menurut penelitian ilmiah di akhir-akhir ini, anak-anak dapat dididik sejak masih dalam kandungan, karena selama dalam kandungan, otak dan indra pendengaran anak sudah mulai berkembang. Sementara yang mempengaruhi otak dan indera pendengaran bayi di dalam kandungan antara lain emosi dan kejiwaan ibu, rangsangan suara yang terjadi di sekitar ibu, juga nutrisi yang ibu konsumsi. Hal tersebut dapat terlihat setelah dilahirkan, atau ketika ia tumbuh besar.[36]
Ada delapan prinsip pendidikan dalam kandungan menurut F. Rene Van de Carr, yaitu: prinsip kerja sama, prinsip ikatan cinta kasih pra, prinsip stimulasi, prinsip kesadaran, prinsip kecerdasan, prinsip pembiasaan perbuatan-perbuatan baik, prinsip melibatkan kakak-kakak dan saudara-saudara sang bayi, dan prinsip peran penting ayah dalam masa kehamilan.[37]
Ditambahkan oleh Karyono bahwa sejak umur kandungan  120 hari tersebut sebagaimana dalam quran, sudah lengkap jasmani dan rohaninya. Oleh karena itu bisa dididik. Maka sangat bagus bayi diajari oleh bapak, karena anak paling senang dengan suara bapaknya. "Caranya, bisa saja si bapak membisikkan ke perut isterinya, lebih bagus kalau si bapak membaca ayat-ayat Quran.[38]
Umur dua tahun disebut dalam psikologi the golder years karena sampai saat itulah berhenti pewarisan potensi-potensi, termasuk potensi intelektual terhadap anak. Untuk itulah ASI dikatakan oleh Allah cukup dua tahun.[39]
Efek positif air susu ibu terhadap kecerdasan intelektual anak belum begitu kelihatan pada umur-umur balita. Efek dari ASI sebagaimana dikemukakan oleh Daily Mail, dirasakan ketika mulai memasuki dunia sekolah atau umur lima sampai 14 tahun. Anak-anak yang mendapat asupan ASI memiliki kemampuan belajar lebih baik, termasuk membaca, menulis, dan memahami matematika.[40] Penelitian yang dilakukan di Oxford University dan Institut Riset Sosial dan Ekonomi di Universitas Essex yang melibatkan 10.000 responden anak menyimpulkan bahwa anak yang mengonsumsi ASI, memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan yang hanya mengonsumsi susu formula setelah kelahiran. Anak-anak yang mengonsumsi ASI, menurut penelitian itu, secara konsisten juga lebih baik dalam mengikuti pelajaran membaca, menulis, dan matematika di sekolah dasar dan menengah.[41]

C.    Kerangka Berpikir
Jika dibuat dalam suatu kerangka konsep, maka akan terlihat hubungan sebagai berikut:
NO
Variabel
Indikator
1
Faktor Genetika (X)
1.      Prestasi orang tua saat sekolah
2.      Prestasi Kakek-Nenek dari pihak bapak saat sekolah
3.      Prestasi Kakek-Nenek dari pihak ibu saat sekolah
4.      Prestasi saudara kandung bapak saat sekolah
5.      Prestasi saudara kandung bapak saat sekolah
2
Faktor Mengkonsumsi ASI (X)
1.      Mengkonsumis ASI minimal 4 bulan
2.      Mengkonsumsi ASI  5-12 bulan
3.      Mengkonsumsi ASI 13-24 bulan
3
Faktor Jarak Kelahiran (X)
1.      11,10 bulan
2.      12-30 bulan
3.      31-32 bulan
4.      33 bulan
5.      Lebih dari 33 bulan
4
Kecerdasan Intelektual (Y)
Prestasi akademik siswa
Genetika:
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Semakin cerdas factor genetika siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kota Lhokseumawe, maka semakin cerdas intelektual mereka.
  2. Semakin lama siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kota Lhokseumawe, maka semakin cerdas intelektual mereka.
  3. Jika jarak kelahiran siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kota Lhokseumawe tidak mengganggu perkembangan janin dan menyusui, maka kecerdasan anak semakin baik.












BAB    III
METODOLOGI PENELITIAN
A.       Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kecamatan Muara Saru Kota Lhokseumawe. Lokasi ini dipilih karena peneliti telah lama kenal masyarakatnya sejak tahun 2003 sampai sekarang. Penelitian ini direncakan berlangsung sejak Maret-September 2012.
B.  Metode Penelitian
Ketika berbicara metode penelitian terkadang ada yang menyamakannya dengan teknik pengumpulan data seperti S. Nasution, tetapi melihat format penelitian ini yang memuat secara khusus teknik pengumpulan data, maka secara logis bukan itu yang dimaksud.
Para ahli ada yang menulis metode penelitian yang terdiri dari metode deskriptif, metode ex-postfacto, metode eksperimen, metode sejarah, metode studi kasus, dan sebagainya. Untuk, penulis akan mengikuti pendapat tersebut.
Yang pasti penelitian ini tidak menggunakan metode eksperimen karena tidak menggunakan perlakuan dengan memanipulasi variable Xnya.  Karena variable X dan Y telah terjadi untuk itu penelitian ini boleh disebut menggunakan penelitian ex-postfacto. Penelitian ini melacak kembali apa yang menjadi factor kecerdasan intelektual siswa SMP sederajat di Desa Meria Paloh dan Desa Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu Lhokseumawe dan bagaimana pola hubungan factor genetika, mengkonsumsi ASI, dan jarak kelahiran dengan kecerdasan intelektual mereka. Karena penelitian yang demikian ini juga menurut sebagian ahli tetap menggambarkan sesuatu, untuk itu mereka ada yang menyebutkan penelitian semacam ini dengan penelitian deskriptip.[42]

C.    Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Burhan Bungin populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, segala, nilai, paristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-obejk ini dapat menjadi sumber data penelitian.[43] Berdasarkan hasil observasi saya ke kantor Kepada Desa Meria Paloh, jumlah siswa SMP sederajat di desa itu berjumlah 72 orang. Sementara menurut Kepada Desa Meunasah Dayah, Tgk. Zainal, S.Pd.I, jumlah siswa SMP sederajat di desa itu sebanyak 105. Untuk it, jumlah populasi penelitian ini sebanyak 177 orang.
Karena terlalu banyaknya populasi maka perlu diadakan teknik pengambilan sampel dengan menggunkan cara penarikan sample dari populasi. Banyak memang metode pengambilan sampel penelitian. Untuk itu penulis menggunakan salah satu teknik sampling telah sering digunakan oleh banyak orang deng menggunakan sampling random (random sampling), dengan penentuan besar sampelnya berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa jika jumlah populasinya lebih dari 100 maka dapat diambil 15% dari populasi.[44]  Dengan demikian, sampelnya, 26, 55 dan digenabakan 27 orang.
D.    Disain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Correlation Studies, rancangan ini sangat sederhana, dua skor dikumpulkan, satu set untuk satu variabel yang dicakup dalam penelitian dihubungkan dengan variabel lainnya. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan antar varibel.[45]
E.     Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Ada beberapa istilah yang harus dijelaskan dalam penelitian ini untuk kepentingan operasional, yaitu: genetika, mengkonsumsi ASI, Jarak Kelahiran, dan Kecerdsan intelektual.
Genetika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah factor keturunan darimana asal-usul subyek penelitian dilahirkan dan masih ada hubungannya dengan asal usul itu. Mereka itu adalah orang tua, kakek-nenek dari pihak bapak dan ibu, serta saudara kandung ibu dan bapak.
Mengkonsumi ASI maksudnya dalam penelitian ini subyek penelitian semasa bali, umur dua tahun kelahiran ia mendapatkan Air Susu Ibu dari ibu kandungnya. Mereka yang mendapatkan ASI selain dari ibu kandung tidak tidak menjadi focus penelitian ini.
Jarak kelahiran yang dimaksud dalam penelitian ini, berapa bulan atau tahun jarak subyek penelitian dengan abang atau kakak mereka jika ada dan berapa bulan atau tahun jarak subyek penelitian dengan adik mereka.
Kecerdasan intelektual dalam penelitian ini hanya dibatasi dari aspek kognitif saja. Sementara aspek afektif dan psikomotorik tidak menjadi focus penelitian ini.
F.           Teknik Pengumpulan Data
a. Angket
Untuk mengumpulkan data variable X1, X2, dan X3, penelitian menggunakan angket yang disebarkan kepada 27 subyek penelitian. Dalam menjawab soal angket, tentu subyek tidak langsung bisa menjawab, tetapi mereka akan mencari informasi dari keluarga dekat mereka, khususnya orang tua.
b. Dokumentasi
Untuk mengumpulakan data variable Y, penulis menggunakan teknik dokumentasi dengan meminta informasi dari sekolah tempat dimana subyek bersekolah. Dokumen yang penulis cari adalah prestasi akademik mereka selama semester ganjil tahun pelajaran 2011-2012, berupa raport.
G.       Teknis Analisis Data
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga tahap utama:
  1. Persiapan: mengecek nama, isian, dan macam data.
  2. Tabulasi : memberi skor, memberi kode, mengubah jenis data, dan coding dalam coding form.
  3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian:
  4. Penelitian ex-posfacto : presentase dan komparasi dengan criteria yang telah ditentukan
  5. Penelitian komparasi: dengan berbagai teknik korelasi sesuai dengan jenis data.
Namun oleh karena data yang dikumpulkan baru data mentah, maka sebelum di analisis, data mentah tersebut diolah lebih dahulu sebelum dianalisis dengan tehnik analisis tertentu. Dan secara umum teknik analisa data untuk kuantitatif menggunakan metode statistic, dan agar mudah biasanya di bantu oleh program komputer, seperti SPSS, SPS, Minitab, MS exel, dll. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisa data dalam penelitian, yaitu: statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan statistik non parametris. Dalam penelitian ini, menggunakan statistik inferensia dan juga deskriptif, karena kedua- duanya sangat membantu dalam penelitian ini.
Bila persyaratan penggunaan teknik analisis statistik benar, maka hasilnya dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis atau untuk menolak atau menerima teori yang diujinya. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan akhir penelitian kuantitatif ialah untuk menguji teori. Oleh karena itu, lengkapnya data yang dikumpulkan dari uji validitas dan uji reliabilitas merupakan criteria mutu hasil penelitian. Sebab, data yang tidak valid dan tidak reliable berarti data itu salah dan tidak dapat dipercaya, sehingga kalau data itu dianalisis, hasilnya juga akan salah.




















DAFTAR PUSTAKA


Akmansyah. Konsep Pembelajaran Anak dalam Kandungan. Disertasi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Al-Anbari, Hasyim. Menahan Kebiasan Buruk Selama Hamil. Terjemahan Kusdian. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.

Al-Khalili, Muhammad Ali. Qamus al-Tarbiyah. Bairut: Darul al’Ilmi li al-Malayin, 1981.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian.  Cet.XI. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Azizi, Bisyran. Qauluna fi al-Nasb. Beirut: Dar al-Fikr, 1991.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2006.

Chalin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Diterjemahkan Kartini Kartono. Cet. IX. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.

Fathurrahman, Arif. Berbuatlah Sebelum Menyesal.  Jakarta: Gramedia, 2010.

Gibran. ASI Pilihan Orang Cerdas. Jakarta: Sinar Jaya, 2009.

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak. Terjemahan Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasyi. Jakarta: Airlangga, 1978.

Ismail, Harapan. Darah Dagingku Cerdas. Jakarta: Erlangga 2004

Jalal, Abdul Hamid. Merumuskan Teori Genetika Islam. Tangerang: Indier Publishing, 2010.

Kamal, Fathurrahman. Ibu Sehat Anak Cerdas. Yogyakarta: Bersama Press, 2009.

Khalil, Irfan. Sudahkan Siap Anda Menyusui. Tangerang: Indier Publishing, 2011.

LN, Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Martoyo.Mempersiapkan Mutu Generasi Bangsa Sejak Dini. (Jakarta: Kanisius, 2009.

Maulana, Firman. Kibarkan Semangat Menyusui. Yogyakarta: Bersama Press, 2008.

Muhajirin. Pengaruh Air Susu Ibu Terhadap Kecerdasan Intelektual Anak. Disertasi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2009.

Nasution, Andi Hakim. Pengantar ke Filsafat Sains. Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 1989.

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Cet. X. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003.

Puwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Rahman, Fidau. Masa Pembentukan Anak. Terjemahan Ashof. Bekasi: Fima Rodheta, 2010.

Ridha, Muhammad Rasyid. Tafsir al-Manar. Jilid II. Cairo: al-Manar, 1327 H.

Sakib, Ghalib. Cinta Anak Menjaga Kesehatan. Jakarta: Fima Rodheta, 2009.

Stuil, George. Anak-Anak Berbakat. Terjemahan Tantawi. Jakarta: Gramedia, 2010.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksar, 2003.

Suriasumantri, Jujun.  Filsafat Ilmu. Cet.  XVIII. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Cet. XIII. Jakarta: RajGrafindo Persada, 2004.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Cet.X. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Tsaqafi, Husein Azhari. Ibu Cerdas dan Anak Bangga. Terjemahan Ahsin Mohammad. Tangerang: Indie Publishing, 2007.

Yuswianto. “Metodologi Penelitian.” Buku Ajar, Fakultas Tarbiyah UIN Malang 2002.



PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
HUBUNGAN FAKTOR GENETIKA, MENGKONSUMSI ASI, DAN JARAK KELAHIRAN DENGAN KECERDASAN INTELEKTUAL ANAK

Diajukan sebagai tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif di Semester Ganjil Tahun Akademik 2011-2012  Program Doktor Pendidikan Islam IAIN Sumatera Utara dibawah bimbingan: Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd.

Oleh:
Nama                                    : Sehat Sultoni Dalimunthe
NIM                          : 3112232
Program/Prodi         : Doktor/ Pendidikan Islam






PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
TAHUN AKADEMIK 2011-2012


DAFTAR ISI PENELITIAN
                                                                                                                                                                                                                                                 Hal.

BAB      I------ PENDAHULUAN------------------------------------------------------- 1
A.          Latar Belakang Masalah------------------------------------------ 1
B.           Identifikasi Masalah---------------------------------------------- 4
C.           Pembatasan Masalah--------------------------------------------- 6
D.          Perumusan Masalah ---------------------------------------------- 6
E.           Tujuan Penelitian ------------------------------------------------ 7
F.            Manfaat Penelitian----------------------------------------------- 7

BAB      II       KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS   9
A.          Deskripsi Teoritis------------------------------------------------- 9
B.           Hasil Penelitian Yang Relevan----------------------------------- 19
C.           Kerangka Berpikir------------------------------------------------ 25
D.          Pengajuan Hipotesis           -------------------------------------- 26

BAB      III--- METODOLOGI PENELITIAN------------------------------------- 27
A.          Tempat dan Waktu Penelitian------------------------------------ 27
B.           Metode Penelitian------------------------------------------------ 27
C.           Populasi dan Sampel Penelitian---------------------------------- 28
D.          Desain Penelitian  ------------------------------------------------ 29
E.           Defenisi Operasional Variabel Penelitian------------------------ 29
F.            Teknik Pengumpulan Data--------------------------------------- 30
G.          Analisis Data ---------------------------------------------------- 30

DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------- 33























Catatan Presentasi Proposal Penelitian
1.         Rumusan Masalah dan Hipotesis  4 yang keempat Hubungan X1,X2,X3 terhadap Y
2.         Menguji Y Kecerdasan Intelektual dengan Test IQ
3.         Apa bisa menguji X1 (genetika) dengan prestasi akademik di sekolah.

Menejemen Pembelajar
 dan pengasan materi








DAFTAR RIWAYAT HIDUP



[1] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Cet.  XVIII, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), hal. 95

[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Cet.X,  (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 43-44

[3] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Cet. XIII, (Jakarta: RajGrafindo Persada, 2004), hal. 177

[4] Muhammad Ali al-Khaili, Qamus al-Tarbiyah, (Bairut: Darul al’Ilmi li al-Malayin, 1981), hal. 313

[5] Ibid

[6] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 25-26

[7] J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Diterjemahkan Kartini Kartono, Cet. IX, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 206

[8] Ibid, hal. 225. Ada juga yang berpendapat bahwa hereditas mencakup pembawaan fisik dan psikis individu yang diwariskan oleh orang tuanya sejak masa konsepsi. Baca Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 31

[9] Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid II, (Cairo: al-Manar, 1327 H), hal. 410-411

[10] Andi Hakim Nasution, Pengantar ke Filsafat Sains, (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 1989), hal. 10-11

[11] George Stuil, Anak-Anak Berbakat, Terjemahan Tantawi, (Jakarta: Gramedia, 2010), hal. 51
[12] Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi,Cet. II,  (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), hal.32
[13] Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Terjemahan Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasyi, (Jakarta: Airlangga, 1978), hal. 52

[14] Abdul Hamid Jalal, Merumuskan Teori Genetika Islam, (Tangerang: Indier Publishing, 2010), hal. 14
[15] Ibid, hal. 16

[16] Bisyran Azizi, Qauluna fi al-Nasb, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), hal. 65
[17] Harapan Ismail, Darah Dagingku Cerdas...., hal. 91
[18] Ibid, hal. 98

[19] Gibran, ASI Pilihan Orang Cerdas, (Jakarta: Sinar Jaya, 2009), hal. 48
[20] Ibid

[21] Firman Maulana, Kibarkan Semangat Menyusui, (Yogyakarta: Bersama Press, 2008), hal. 86

[22] Ibid

[23] Ibid, hal. 95
[24] Fathurrahman Kamal, Ibu Sehat Anak Cerdas, (Yogyakarta: Bersama Press, 2009), hal. 89

[25] Ibid, hal. 96
[26] Irfan Khalil, Sudahkan Siap Anda Menyusui, (Tangerang: Indier Publishing, 2011), hal. 7
[27] Husein Azhari Tsaqafi, Ibu Cerdas dan Anak Bangga, Terjemahan Ahsin Mohammad, (Tangerang: Indie Publishing, 2007), hal. 13

[28] Ibid, hal. 15

[29] Ibid, hal. 16

[30] Ibid

[31] Akmansyah, Konsep Pembelajaran Anak dalam Kandungan, Disertasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hal. 234 Dikatakan lima bulan karena Akmansyah berpendapat sama dengan orang-orang yang mengatakan bahwa pendidikan anak dalam kandungan sejak umurnya 4 bulan. Jika lahirnya 9 bulan, maka bayi dalam kandungan belajar dalam kandungan 5 bulan.

[32] Muhajirin, Pengaruh Air Susu Ibu Terhadap Kecerdasan Intelektual Anak, Disertasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2009), hal. 203.

[33] Martoyo, Mempersiapkan Mutu Generasi Bangsa Sejak Dini, (Jakarta: Kanisius, 2009), hal. 5

[34] Ibid, hal. 7

[35] Hasyim al-Anbari, Menahan Kebiasan Buruk Selama Hamil, Terjemahan Kusdian, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 65

[36] Ibid, hal. 78

[37] Fidau al-Rahman, Masa Pembentukan Anak, Terjemahan Ashof, (Bekasi: Fima Rodheta, 2010), hal. 18

[38] Ibid, hal. 21

[39] Arif Fathurrahman, Berbuatlah Sebelum Menyesal, (Jakarta: Gramedia, 2010), hal. 87

[40] Ibid, hal. 89

[41] Ibid, hal. 95

[42] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksar, 2003), hal. 165-166

[43] Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana, 2006). hal. 100
[44] Suharsimi Arikunto, Prosedur..., hal. 112

[45] Yuswianto. “Metodologi Penelitian.” Buku Ajar, Fakultas Tarbiyah UIN Malang 2002. hal. 23-26