Rabu, 28 Juli 2010

Berpikir

Kalau sekedar berpikir, binatangpun bisa berpikir tulis Andi Hakim Nasution, tetapi berpikir nalar, hanya manusia yang mampu. Kucing tahu mana makanan yang enak dan anjing tahu majikan yang baik. Tikus dapat berpikir bahwa kucing adalah musuhnya. Ayam dapat berpikir bahwa jika majikannya tidak menyediakan makanan, maka ia harus berusaha mencari sendiri. Ketika kita akan menangkap ayam dengan mengumpannya dengan makanan di tangan kita, maka ayam itu tidak semuanya terjebak dengan siasat kita. Karena bisa saja ia berpikir, jika ia makan umpan itu, ia akan tertangkap. Tetapi, ayam yang sudah dibiasakan oleh majikannya diberi umpan makanan, ketika majikannya memberi umpan, ia tidak akan takut ditangkap, tetapi jika orang lain yang memberi umpan, ia tidak mau mendatangi makanan itu. Namun diketahui bahwa binatang berpikir hanya untuk kelangsungan hidup saja (survival). Sementara manusia berpikir bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, tetapi juga untuk tujuan kemuliaannya. Binatang berpikir bukan untuk mengembangkan pengetahuan, sementara manusia berpikir, di antaranya untuk mengembangkan pengetahuan.
Berpikir manusia kemampuannya sampai ke tingkat nalar. Ciri-ciri berpikir nalar itu pertama, pola berpikirnya secara luas dan dapat disebut logika. Kedua, berpikir yang bersifat analitik. Penalaran ilmiah menggunakan logika analitik. Manusia tidak semua berpikir mengikuti aturan logika. Untuk itulah tidak semua aktivitas berpikir disebut dengan filsafat, tetapi aktivitas berpikir yang logis analitik itulah yang disebut dengan filsafat.

S.S. Dalimunthe, M.A.

Latihan Motorik Halus

Latihan Motorik Halus
30 06 2009
Sederhana namun asyik. Aktivitas ini melatih keterampilan motorik halus si kecil. Otot tangan dan jemari yang kuat serta lentur membuat si kecil pintar menulis dan menggambar.
Anak-anak usia prasekolah butuh persiapan dasar yang matang sebelum bersekolah. Persiapan dasar, yang bisa dilakukan melalui permainan, antara lain melenturkan otot-otot tangan agar mampu memainkan gerakan rumit. Yaitu, gerakan-gerakan halus yang harus dikuasainya untuk melakukan kegiatan akademik seperti menulis dan menggambar. Aktivitas-aktivitas apa sajakah itu?
Menggunting kertas
Kegiatan memegang dan menggerakkan gunting melatih otot-otot yang sama yang akan digunakan untuk menulis. Anda perlu mencermati cara si kecil memegang gunting. Posisi gunting yang benar adalah, ibu jari dan jari tengah berada di dalam lubang gunting, jari telunjuk berada di bagian luar lubang gunting untuk menstabilkan gerak gunting. Sementara, jari keempat dan kelima menekuk ke arah telapak tangan. Beri si kecil keleluasaan melakukan kegiatan ini.
Melipat kertas
Keterampilan membuat origami baru akan dikuasai sungguh-sungguh saat anak berusia enam tahun. Tetapi latihan dapat dimulai sejak anak berusia tiga tahun.
Untuk anak-anak usia prasekolah, Anda bisa melatihnya membentuk persegi panjang atau segitiga dari selembar kertas berbentuk bujur sangkar. Bila si kecil sudah mahir membuat lipatan sederhana, Anda bisa melatihnya melipat bentuk amplop.
Jari-jari anak usia prasekolah masih kerap ‘terpeleset’, sehingga lipatannya pun kerap melenceng. Jadi, jangan terlalu menuntutnya membuat lipatan yang rapi.
Latihan melipat kertas akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak, yaitu saat anak melipat dan menekan lipatan itu. Kekuatan bagian telapak dan jari dibutuhkan untuk memegang dan menggerakkan pensil.
Memutar koin
Memegang uang logam pada posisi berdiri, kemudian memutarnya hingga menghasilkan putaran yang baik sangat disukai anak. Anak usia kira-kira empat tahun mulai dapat melakukannya, meski kadangkala jarinya masih terpeleset. Kegiatan ini melatih kelenturan otot kecil pada jari tangan, seperti digunakan saat membuat huruf-huruf menggunakan pensil.
Menyambung titik-titik
Ajak anak melatih keterampilan motoriknya dengan menyambung titik-titik kecil membentuk sebuah gambar. Keterampilan ini dibutuhkannya untuk menulis.
Anak-anak usia prasekolah gemar melakukan kegiatan ini. Tapi jangan paksa dia menyelesaikan seluruh latihannya bila mereka mengatakan, “Udah akh, capek, pegal.” Ini karena kekuatan otot lengan bagian atas mereka memang masih terbatas.
Melukis karton
Buatlah beberapa pola gambar pada karton, kemudian minta si kecil membuat gambar serupa dengan gambar yang Anda buat. Bisa juga Anda membuat pola gambar dengan titik-titik yang besar. Usahakan titik-titik itu arahnya bervariasi, dari samping kiri ke arah atas, dari atas ke bawah dan dari bawah ke arah samping. Mintalah anak menyambung titik-titik itu.
Kegiatan ini untuk mengembangkan keterampilan visual-motor anak yang akan digunakannya bila ia perlu membuat sebuah gambar besar. Misalnya, disain ruang atau taman.
Meronce
Untuk bisa meronce sedotan warna warni menjadi seuntai kalung, dibutuhkan kelenturan otot pada jari tangan. Seperti pada kegiatan menjahit, kegiatan ini mengandalkan kekuatan otot ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Cara anak memegang benang untuk dimasukkan ke dalam lubang sedotan sama dengan ketika ia memegang pensil untuk menulis.
Gambar tempel
Menempel stiker dapat dilakukan anak sejak ia berusia satu tahun. Pada usia ini, anak cenderung menempelkan stiker di tempat kosong. Ajak anak menempel stiker di atas sebuah pola yang berbentuk sama dengan bentuk stiker. Kegiatan ini lebih rumit karena anak harus mengerahkan kemampuan visual, imajinasi dan motorik halusnya. Kegiatan merekatkan gambar tempel ini melatih aspek visual-motor dan melibatkan imajinasi yang diperlukan anak dalam kegiatan menggambar.
Mie lilin
Permainan ini diminati sepanjang zaman. Dari lilin aneka warna, si kecil dapat menciptakan berbagai bentuk. Awalnya, Anda dapat menunjukkan bagaimana memperlakukan lilin itu menjadi bentuk-bentuk yang punya makna.
“Cacing”, mungkin bentuk pertama yang dibuat anak. Setelah berhasil membuat satu “cacing”, ia akan membuat lagi, lagi dan lagi. Dengan banyaknya “cacing” yang dibuatnya, muncul ide baru, dan ia menyebut bentuk itu “mie”. Bentuk ini memang paling dikuasai si kecil, karena ‘hanya’ mengandalkan telapak tangan yang dibantu kekuatan lengan untuk menekan dan menggulirkan lilin di atas meja. Begitu anak bosan dengan satu bentuk yang dikuasainya, ia akan mencoba bentuk lain. Permainan ini menguatkan seluruh otot tangannya, mulai dari lengan bagian atas, telapak dan jari tangan.